Sabtu, 05 Maret 2011

Pasar bebas untungkan Indonesia

Pengusaha lokal khawatirkan produk Cina ambil alih pasar
Upaya mengkampanyekan pemberlakuan pasar bebas ASEAN-Cina terus dilakukan pemerintah Indonesia.
Meski mengajukan permintaan untuk merundingkan kembali sejumlah pasal kesepakatan perjanjian perdagangan non-tarif, pemerintah mengatakan pasar terbuka ASEAN-Cina tetap berlaku.
Menteri Perdagangan Mari Pangestu kepada berbagai media di Jakarta menegaskan, pelaksanaan pasar bebas ini akan menguntungkan ekspor dan investasi di Indonesia.
"Kita jangan hanya melihat bilateral trade balance-nya. Yang terjadi adalah kita mengimpor bahan baku dari Cina, profil impor kita dari Cina itu banyak bahan baku. Diolah disini untuk pasar dalam negeri dan untuk ekspor, dan ekspornya belum tentu ke Cina, melayani juga kawasan ASEAN," jelas Mari Pangestu.
Menurut Mari disini Indonesia bisa berperan memperluas produk dan pasar ekspornya.
Pasar bebas ASEAN-Cina yang mulai berlaku sejak 1 Januari lalu, menurut Menteri Perdagangan, juga akan membuat Indonesia menarik bagi investasi Cina karena perluasan pasar meliputi seluruh negara ASEAN ditambah Cina.
Mari mencontohkan produk ekspor seperti olahan kelapa sawit (CPO), kakao, hasil industri manufaktur serta pakaian jadi, sebagai jenis komoditas tanpa tarif yang akan membuat Indonesia memetik keuntungan lebih terkait pemberlakuan pasar bebas ini.
Kajian menguntungkan
Sebuah kajian yang dilakukan lembaga peneliti ekonomi Danareksa Research Institute menunjukan, Indonesia akan lebih diuntungkan bila ikut perdagangan bebas ASEAN-Cina dibanding bila menangguhkan perjanjian tersebut.
Ekonom Kepala Danareksa Yudi Sadewa mengatakan kajian didasarkan pada simulasi yang meletakkan Indonesia pada posisi pasar terbuka dengan ASEAN-Cina, pasar terbuka dengan ASEAN saja, serta tidak ikut pasar terbuka dengan ASEAN maupun Cina.
Kita akan rugi di pasar Cina karena barang kita kesana dikenakan tarif, sementara dari negara tetangga lain yang barangnya bersaing head to head dengan barang kita bebas tarif
Yudi Sadewa
Kesimpulannya, menurut Yudi Indonesia diuntungkan dalam dua skenario simulasi pertama, namun tanpa pasar terbuka dengan Cina keuntungan Indonesia lebih sedikit.
"Kita akan rugi di pasar Cina karena barang kita kesana dikenakan tarif, sementara dari negara tetangga lain yang barangnya bersaing head to head dengan barang kita bebas tarif," kata Yudi Sadewa.
Menurut hitungan Danareksa, kerugian itu bisa mencapai 435 juta dollar As dalam bentuk penurunan ekspor Indonesia ke Cina.
Sebaliknya bila pasar bebas baik dengan ASEAN maupun Cina diikuti, menurut Yudi Sadewa, Indonesia berpeluang memperoleh kenaikan nilai ekspor lebih dari US$1, 3 miliar.
Runding Ulang
Menjawab berbagai kritik terhadap pasar bebas yang dinilai belum siap dihadapi Indonesia, Mendag Mari Pangestu menyatakan pemerintah akan mengambil berbagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing serta pengamanan pasar dan produk Indonesia.

Pemerintah antara lain, sebagaimana diumumkan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, akan merundingkan kembali pelaksanaan perdagangan tanpa tarif dengan Cina menyangkut 228 komoditas yang dikhawatirkan akan melemahkan industri dalam negeri.
Namun permintaan runding ulang tidak bsia diajukan begitu saja ditengah kesepakatan yang sudah berjalan.
Sebagai imbalannya, pemerintah antara lain berniat menawarkan dimasukkannya komoditas sepeda motor asal Cina dalam daftar tarif nol persen.
Sepeda motor sebenarnya belum masuk daftar sekitar tujuh ribu komoditas tanpa bea yang disepakati Cina-Indonesia.
Pasar bebas sepeda motor baru dirancang berlaku efektif tahun 2020.
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar